Udara Pagi Yang Dingin Kisah Hidup Pergelutan Majikan Dan Asisten Dosen

Posted on

Aku tinggal di satu rumah besar yang dijadikan kantor, karyawannya lumayan banyak, selain staf admin, ada juga petugas luar, sopir dan satpam. Karena rumahnya besar makan ruangannya cukup banyak sehingga lega sekali kantornya.

Tugasku adalah membersihkan kantor sebelum jam kerja serta merapikan kantor setelah karyawan pulang, menyiapkan minuman, membelikan makan siang dan aku juga dipasrahi beberapa pekerjaan admin ringan termasuk merawat ac yang jumlahnya cukup banyak.

Setiap ruang ada ac nya, malah di ruang yang besar dipasangi 2 ac sehingga hawanya cukup sejuk. Yang setiap hari ada di kantor adalah staf admin, petugas luar ya tugasnya keliling ke customer, menagih dan mengirimkan surat/dokumen penting. Sopir hanya melayani ownernya, sedang satpam sebenarnya kerja dirumah owner, sehingga sore pulang ke rumah owner.

Jadi praktis malem aku sendiri, baiknya di kantor ada tv besar dan juga dvd player. Kadang staf admin meminjami aku beberapa film baru, gak tau mereka dapetnya dari mana, masih di bioskop dah ada dvdnya, sehingga gak usah keluar duit nonton di bioskop.

Satu hari ada seorang bapak-bapak mampir ke kantor, dia penghuni kompleks itu juga, cuma di daerah yang baru dibuka sehingga letaknya di bagian belakang komplex, lumayan jauh si kalau harus jalan kaki. Dia nawarin untuk merawat ac kantor, kebetulan harganya lebih murah dari harga servis ac yang biasanya dipake.

Bos setuju, ya udah trial dulu, free of charge. Pada hari yang disepakati, si bapak dan beberapa teknisinya datang untuk servis ac. Kerjanya cekatan sekali, cepat dan tidak meninggalkan kotoran apapun di ubin rumah. Bos puas, apalagi aku karena biasanya kalo servis ac aku harus mengepel lantai sekitar ac yang di servis, sehingga karena ac nya banyak, ya praktis seluruh lantai harus dipel ulang.

Aku senang sekali ketika bos setuju untuk menggunakan jasa si bapak itu. Si bapak pun senang karena trialnya berbuntut order secara berkala untuk servis ac di rumah. Dia terima kasih terus sama aku.

Setelah kerjaan servis ac yang kedua (yang pertama yang trial dan free itu) si bapak ngajakin aku makan sebagai ucapan terima kasih. Kebetulan saat itu Jumat sore, dimana esoknya kantor tutup, jadi aku bebaslah. Si bapak minta aku manggil mas (nama gak perlu disebut kan). Aku diajaknya makan di restoran Sunda di mal yang ada dekat kompleks kami. Dia memujiku terus,

“Nes, kamu tu cantik, sexy, kok kerjanya cuma penunggu rumah sih”.
“Halus dong Ines mas”.
“Kok halus?”, tanyanya gak ngerti.

“Iya penunggu rumah kan mahluk halus mas”.
“Wah kalo yang halus sesexy kamu, mau deh rumahku ditungguin juga”.
“Mangnya rumah mas gak ada yang nunggu, keluarganya?”

“aku gak punya keluarga Nes, dah pisah ma istri, anak belon punya”,
“Jadi tinggal sendiri?”.
“Iya, makanya aku buka servis ac biar rumah gak sepi”.

“Kantornya dirumah mas yang di belakang itu ya”.
“Iya”.
“Rumah di belakang besar-besar ya mas”.

“Gak sebesar rumah kantormu itu”.
“Tapi ukurannya lebih besar kan dari rumah standard yang di depan”.

“Iya, kok rumah kantormu tu bisa besar banget”.
“Terang aja besar, itu kan 2 rumah disatuin”.
“Pantes”.

“Ya gak apalah, jadikan acnya banyak, jadi aku dapet ordernya lah”.
“Kok mas tau sih di tempat Ines acnya banyak?”.
“aku kan dah survei seluruh kompleks, banyak kok yang mo jadi langgananku, lumayan lah, sampe kadang orderannya bentrok waktunya”.

“Makanya teknisinya banyak ya mas”.
“Iya itu baru ditambah karena ternyata ordernya numpuk”.
“wah asik dong mas, tinggal mungutin duitnya”.

“Kamu mo bantuin aku, ngurusin kerjaan aja, terima order, ngatur teknisi kemana aja, soalnya aku mo garap juga kompleks tetangga kita, gak ketanganan kalo aku sendiri. Kamu disini tinggal di dalem ya”.
“Iya mas”.

“Ya deh tempatku juga tinggal ma aku”.
“Wah kumpul kebo dong”.
“Gak apa deh, aku yang jadi kebonya”, candanya.

Menyenangkan sekali ngobrol ma dia, orangnya humoris walaupun tampang pas-pasan
“Mas suka olahraga ya?”.
“Iyalah, jaga stamina, biar gak gampang sakit”.

“Fitnes ya mas?”.
“Kok kamu tau sih?”.
“Iya bodi mas kan kenceng banget”.

“Bodi kamu juga kenceng”.
“ah biasa aja kok”.
“Kenceng banget, kamu tu imut tapi modalnya gede, kenceng lagi”.

“Modal apaan mas”.
“Modal itu yang goyang kalo kamu jalan, tanganku mau kok disuruh jadi shock breakernya”.
“Ih si mas, maunya”.
“Ya maulah, kalo boleh”.

Pembicaraan mulai menjurus. Memang tubuhku tergolong kurus tapi dadaku lumayan gede, sehingga kelihatan menonjol sekali di dadaku. Pesanan makanan sudah dateng, jadi kami santap malam sambil terus ngobrol kesana kemari.

“Mas kok pisah sih, gak puas ya ma istrinya?”.
“Gak cocok aja, mangnya kenapa kalo aku gak puas. Kamu mo muasin aku?”.
“Lo kok Ines sih yang mesti muasin mas”.

“Makanya Nes, kamu bantuin aku kerja aja, tinggal ma aku, jadi kamu, eh salah, kita bisa berbagi kepuasan. apa mo trial dulu?”.
“Gak tauh ah”, aku pura-pura cemberut.
“Kamu kalo cemberut makin cantik deh, makin ngegemesin, jadi pengen ngemut bibir kamu deh”.

“Mas ngomongnya menjurus amir sih”.
“Kok amir?”.
“Iya amat lagi pulkam mas”.

Kembali kami tertawa berderai. Karena disertai ngobrol dan canda tawa, makan malemnya jadi berkepanjangan, tapi akhirnya abislah semua makanan yang sudah dipesan.
“Nes, mo minum yang anget-anget buat penutup?”

“apaan tu mas?”.
“Disini ada minuman anget khas Sunda, bandrek, enak”.
“Boleh deh mas”.

Dia memesan bandrek untuk kami berdua. Karena panas, bandreknya kuminum dikit-dikit, sambil terus ngobrol ma dia, keringetan juga karena bandrek panas segelas itu, tapi rasa kekenyangannya ilang, itu khasiat jahe katanya. Karena dah cukup malem, dia mengajakku ke rumahnya,

“ngobrol di rumahku aja ya, dari pada kamu bengong sendirian”.
“Terus urusan saling memuaskan ya Mas”.
“Yuk, kamu mau kan?”.

Gak kujawab, aku cuma senyum saja. Wah asik juga neh kalo dia ngajakin maen. Aku sih mau aja kalo dia ngajakin. Kebetulan sudah lama juga neh aku gak keisi benda besar panjang keras yang bisa nembak. Dia mengganti pakain dengan celana pendek dan kaos saja.

“Nes, kamu bisa mijit? badanku pegel-pegel nih”, pintanya.
“Bisa mas dikit-dikit tapi ya tidak seahli tukang pijit beneran”, jawabku.
“Emangnya ada tukang pijit boongan”, godanya sambil mengajakku masuk kamarnya.

Aku jadi menebak-nebak dia pengen dipijit atau mijit aku nih, tapi kuturuti ajakannya masuk kamarnya. Dia berbaring telungkup di ranjang dan aku mulai memijit kakinya, mulai dari telapak kaki sampai ke paha. Otot kaki dan pahanya keras, hasil sering berolahraga. Aku sengaja memijat bagian paha sebelah dalam, sekalian untuk ngetes dia punya udang dibalik bakwan gak.

“Aduh Nes enak tapi geli,” katanya setiap kali kusentuh paha sebelah dalam.

Dia mengangkangkan pahanya dan sesekali kusenggol selangkangannya, terasa ada sesuatu yang keras di dalamnya. Rupanya dia udah mulai terangsang dan ngaceng. Pijatan beralih ke pantat dan punggungnya. Bagian ini masih tertutup celana pendek dan kaosnya.

“Mas enaknya kaosnya dibuka deh supaya mijetnya bisa tuntas”, kataku dan dia langsung melepas kaosnya dan kembali telungkup.

Punggungnya juga berotot. Pijatanku mulai dari bagian bahu. Aku mengambil posisi mengangkangi badannya. Setelah bahu dan punggung, kini pijatanku mengarah ke bongkahan pantatnya. Mulanya aku memijat dari luar celananya, tapi gak bisa tuntas.

“Mas, celananya mengganggu nih”, kataku.
“Dilepas aja ya Nes”, jawabnya sambil langsung melepas celana pendeknya.

Sekelebat tampak penisnya menonjol sekali dibalik cdnya, kelihatannya besar dan panjang dan sudah keras sekali. Dia kembali menelungkup. Pijatan mulai mengeksploitir bagian pantat dan pangkal paha. Jariku memijit belahan pantatnya dan hampir menyentuh biji pelernya. Dia sepertinya tidak perduli dengan jamahanku.

 

Selesai dengan pantatnya, aku minta dia telentang. Benar penglihatanku, penisnya besar dan panjang sampai kepalanya nongol dari bagian atas cdnya.
“Ih mas ngaceng ya”, kataku manja sambil menduduki penisnya.

Terasa sekali penis itu mengganjal pantatku. Aku mulai lagi dari bahu, untuk melemaskan bagian itu. Perlahan-lahan lalu turun ke bawah kedadanya. Dia hanya tersenyum saja memandangi wajahku.
“Kamu cantik sekali Nes”, katanya merayu, sepertinya dia sudah tidak bisa mengendalikan napsunya.

Aku sengaja menggeser pantatku di penisnya. Pentilnya tampak mengeras, dan sesekali kupilin. Aku minta dia menarik nafas ketika kupilin pentilnya lalu pelan-pelan menghembuskannya.
“Nes”, lenguhnya.
“Kenapa mas, sakit ya pijitan Ines”.
“Enggak sakit kok Nes, merinding semua badanku”.

Setelah puas memelintir pentilnya aku mulai turun ke perut. Perutnya kencang dan tidak berlemak, kepala penisnya yang nongol dari atas cdnya seakan mengundangku untuk meremasnya. Aku juga terangsang melihatnya. Aku lalu menekan bagian bawah perutnya untuk kusorong keatas.

Dari perut aku mulai menelusur bawah sampai menyentuh kepala penisnya. Dia memejamkan mata sementara aku terus memijit lembut di pangkal paha sampai keselangkangannya sambil sesekali menyenggol penisnya dengan menggosokkan punggung tangannya ke penisnya.

“Nes, kamu udah sering ngeliat kontol ya?”, tanyanya to the point.
Aku kaget juga atas pertanyaannya.

“Kalau mau liat, turunin aja cd ku”, katanya lagi.
Perlahan jari kuselipkan di karet cdnya dan menurunkan cdnya perlahan sampai lepas. Nongollah penisnya yang berdiri tegak, besar dan panjang dengan bulu rambut yang lebat bersambung sampai ke pusar dan dada.

“Pegang” katanya singkat dan akupun menuruti sambil mengusap pelan-pelan.

Tangannya mulai berkeliaran, membuka baju kaosku, bra kemudian celanaku. Tinggal CDku yang belum kulepas. Aku dibaringkannya dan kemudian dia melumat bibirku, dan terus menjilat sampai ke payudaraku yang besar dengan pentil yang merah coklat.

Saat dia mengulum toketku, aku mulai menggelinjang apalagi jarinya mulai menerobos CDku dan dengan lembut menggosok bibir vaginaku. Aku bergetar sambil berdengus pendek
“uuh..uuhh..”. CDku kemudian dilorotkan dan dibukanya pahaku lebar-lebar.

Dia tertegun melihat bibir vaginaku yang tipis memerah yang diselimuti bulu yang lebat.
“Nes, jembut kamu lebat sekali ya. Pasti napsu kamu besar ya. Kamu pernah ngentot Nes?”, tanyanya.
Aku diem saja karena sudah sangat terangsang akibat jilatannya di selangkangku.
“Mas”, aku mendesah ketika lidahnya mulai beroperasi ketengah-tengah vaginaku.

Gerakan refleksku menarik paha ke atas dan posisi yang kian membuka menambah leluasa lidahnya bekerja lebih dalam di vaginaku. Cairan vaginaku mulai tumpah membuat dia tambah ganas, dan mulai menyedot keras klitorisku. Ujung lidahnya bermain lincah, dalam, menelusuri menggesek permukaan dalam vaginaku membuat aku tambah bergetar menahan rangsangan kenikmatan.

“Uh..uuhh..” eranganku tambah keras dan pahaku menjepit keras kepalanya dengan kaki yang melingkari punggungnya.
Dia memutar tubuhnya pelan sambil terus menyedot vaginaku. Posisi 69, aku disuruhnya mengulum kepala penisnya yang besar itu. Lidahku mulai bermain diantara belahan kepala penisnya. Kami berpacu terus dengan posisi 69 sampai

“maas…uuuuhhhh..”, badanku menggelinjang hebat sambil mengerang keras dengan suara tertahan karena kepala penisnya masih terbenam dalam mulutku. Aku sudah sampai dan kulepaskan penisnya dari mulutku.
Dia masih telentang dengan penisnya masih tegak karena belum tuntas. Dia menyuruhku naik ke atas perutnya.

“Mas, Ines belum pernah”, kataku berbohong lagi.
“Ayo aku ajarin”, jawabnya.

Dia berbaring dengan bantal tiga susun di punggung dan kepalanya sambil menyuruh aku duduk di atas penisnya yang sengaja diposisikan ke arah pusar. Aku duduk mengangkang dengan bibir vagina menempel di kepala penisnya. Aku mulai menggerakan pantatnya maju mundur perlahan.

“Ah..nikmatnya Nes, aku masukin ya..” gumamnya sambil menahan kenikmatan karena goyangan pantatku.
Beberapa saat kurasa cairan vaginaku mulai mengalir membasahi penisnya, aku makin dia terangsang. Gesekanku makin menggila membuat aku tersentak-sentak saking nikmatnya. Dia mulai meremasi payudaraku yang montok.

“Isap ..mas” dan dia melengkungkan badannya berusaha mengulum payudaraku.
“Uuuhhh..uuuuhhh.., terussss maas…”pintaku sambil bertambah cepat menggesek vaginaku ke penisnya.

Lebih dari 15 menit kemudian aku mengerang tersendat kenikmatan. Dia tahu aku akan klimaks lagi,
“Ayo putar badanmu” dan secepatnya aku berbalik dengan vaginaku menantang di depan mulutnya.

Dia menarik pantatku dan lagi-lagi disedotnya bibir vaginaku sambil sesekali lidahnya dijulurkan mengilik klitorisku. Penisnya terbenam lebih dari separuh di mulutku, kepalaku turun naik mengocok k penisnya dalam mulutku. Erangan tertahan dan desahan kenikmatan mengiringi puncak permainan. Tiba-tiba aku menekan pantatku kuat-kuat kemulutnya sambil mendesah panjang dengan penisnya di mulutku

“Maas..ooohh”. desahku, diapun demikian, dikepitnya kepalaku dengan kakinya dan creet..creet..creeettt…pejunya ngecret semuanya dimulutku.
“Mas, belum dimasukin udah nikmat gini ya, apalagi kalo dimasukin”, desahku.
“Kamu mau dimasukin Nes, udah pernah belon, kayanya sih udah ya”, jawabnya.

“Sama siapa Nes, tapi itu gak penting deh, gak usah dijawab”, katanya lagi, “yang penting malem ini kita berbagi kepuasan ya”
Aku mulai bergerak menempel kebadannya. Dia mengulum bibirku dengan lembut sambil tangannya mulai bergerak dengan sentuhan halus ke payudaraku. Aku menggelinjang saat dia mulai agresif memainkan putingku.

“Ayo mas..gesek lagi ya..!” pintaku bernafsu.

Aku mencium dan menjilati jari-jarinya. Kemudian dia melepaskan tangannya dari ciumanku dan kembali meremas payudaraku. Dipilinnya pentilku secara bergantian. Aku makin menggeliat karena napsuku sudah memuncak. Tangannya kutarik menjauh dari payudaraku. Kubawa ke arah perutku. Segera dia menggelitik pusarku sampai aku menggeliat kegelian,

“Mas geli”.

Tangannya segera menyusup ke bawah dan menemukan jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal target belum tercapai. Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan vaginaku membuatnya basah, sehingga jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan klitorisku yang sudah mengeras.

Dia lalu memainkan jari tengahnya. Pinggulku mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang. Penis besarnya sudah tegak dengan kerasnya.
“Mas, hebat ih, dah ngaceng lagi, padahal belon lama ngecret di mulut Ines”.

Dia berbaring dengan 2 bantal susun di punggungnya. Aku menunduk mengulum kepala penisnya. Hanya sebentar karena dia menyuruhku menduduki k penisnya yang lagi-lagi melipat ke arah pusar dengan posisi membelakangi dia. Aku mulai bergerak pelan memaju-mundur pantatku untuk menggesekkan n vaginaku ke penisnya.

Tangannya dari belakang mulai beraksi memijit-mijit payudaraku. Aku menjadi sangat liar, menggeliat sambil tak henti-hentinya mendesah kenikmatan. Gerakan dan sentakanku makin cepat dan keras sampai suatu saat kuundurkan pantatku agak ke belakang dan penisnya lepas dari jepitan bibir vaginaku.

Penisnya yang agak terangkat sudah berhadapan dengan bibir vaginaku yang basah itu dan….bleeessss..kepala dan separuh penisnya yang tegang keras itu amblas ke dalam vaginaku.
“Maas”, seruku.

“Kenapa Nes, sakit?”, tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepala, bukannya sakit tapi nikmat banget. Sesek rasanya vaginaku kemasukan penisnya yang besar banget itu. Vaginaku berdenyut mencengkeram penisnya, giliran dia yang mendesis,

“Nes, nikmat banget memekmu, bisa ngemut kontolku”.
Dia membalikkan badanku dan sehingga aku terlentang. Dia menundukkan mukanya dan mengulum bibirku sambil menggeser badannya keatas. Dengan pelan ditusukkannya penisnya ke vaginaku. Diteruskannya dorongannya dan kepala penisnya mulai memaksa menerobos masuk ke liang vaginaku.

“Ouuhh..” kembali aku melenguh.
Dikocoknya k penisnya pelan sehingga kian dalam memasuki vaginaku. Pelan tapi pasti dan akhirnya kurasakan seluruh vaginaku penuh terisi penisnya. Vaginaku yang sudah basah itu masih terasa sempit buatnya,

“Nes, sudah basah gini masih sempit aja memekmu, nikmat banget deh, mana terasa banget empotannya. Terus diempot ya Nes”.
Dihunjamkannya lagi penisnya, walau terasa sangat sesak tapi nikmat,

“Ooohhh…” aku mulai menggeliat, kaki kuangkat, melingkar ke pahanya sementara kepalaku terangkat, mendongak ke belakang dengan mataku membelalak.

Tangannya bereaksi cepat, payudaraku diremas pelan sembari putingnya dipijit, membuat aku makin menggila, berdesah panjang kenikmatan,
“uhhh, peluk Ines mas”.

Dirapatkannya badannya ke badanku dan aku merangkul ketat punggungnya. Goyangan pantatnya turun naik makin cepat sehingga bersuara “plook..ploook” karena begitu banyak cairan yang mengalir dari vaginaku.

Dia kemudian mengganti posisi. Aku disuruh nungging dengan posisi pantat sedikit terangkat, kaki mengangkang. Digesekkannya kepala penisnya ke bibir vaginaku beberapa saat, baru dihunjamkannya pelan.
“Doggy Style! “Maas”, erangku ketika kepala penisnya mulai menekan dan menerobos masuk ke liang vaginaku.

Baru setengah penisnya masuk, “Aaauuhhh….” mataku terbelalak saking nikmatnya. Kemudian dia mulai mengocok penisnya keluar masuk vaginaku. Aku kembali mengelinjang, menahan enjotan pantatnya. Terasa penisnya makin keras dan kepalanya makin membesar karena gesekan di dinding vaginaku.

“Ooohhh..oooohhhh” gumamku, karena dia mempercepat enjotannya.

Tiba-tiba dia menahan gerakan pantatnya, ditariknya keluar sehingga hanya sebagian penisnya yang masih terbenam lalu disentakkannya cepat dengan gerakan pendek, kemudian ditekannya rapat ke pantatku hingga semua penisnya tertanam dalam vaginaku, lalu dibuatnya gerakan memutar. Otomatis kepala penisnya berputar bak bor mengesek ketat dinding vaginaku.

“uaahhh….terus mas…enaaakkk!” desahku.

Tidak puas hanya menikmati putaran “bor” nya, aku ikut mengenjot keras pantatku ke belakang dan…”uuhhh..uuuhhh” kami berdua sama-sama mengerang nikmat. Selang lebih dari 20 menit kami berpacu dengan posisi demikian, aku makin keblingsatan dengan erangan-erangan tak keruan.

Dia tahu kalau aku sudah akan klimaks. Aku sekarang dalam posisi telentang. Pahaku terbuka lebar dan bibir vaginaku sedikit membuka setelah disodok penisnya sejak tadi. Kini dia mulai membungkuk di atas badanku dan dengan tangan kiri menopang badannya, tangan kanannya menuntun penisnya ke arah bibir vaginaku.

“Ayo..masukin mas..!” pintaku.

Kepala k penisnya mulai menghunjam. “Aaahhhh..!” erangku saat seluruh penisnya disodok masuk dan mulai dikocok turun naik langsung dengan frekuensi tinggi dan cepat.

“Ah..ah..ah..ah.” aku tiada hentinya melenguh, badanku menggeliat dengan kepala sebentar naik sebentar turun menahan geli dan nikmat yang amat sangat.
Dia terus mengocok dengan kecepatan tinggi dan menggila. Kenikmatanku sudah memuncak.

“Auuuh..m..m..” tanganku melingkar ketat di punggungnya dengan paha dan kakiku ikut membelitnya.
“Tahan dikit Nes..!” bisiknya di kupingku sambil mempercepat sodokannya.
“Aaaahhhhhhh..!” aku menjerit panjang, kukuku serasa menembus kulit punggungnya, mengiringi puncak kenikmatanku.

Berbarengan dengan lenguhan panjang, dia menyodok keras penisnya ke vaginaku diimbangi dengan goyangan kencang pantatku yang berusaha mengapung ke atas. Otot-otot bibir vaginaku serasa berdenyut-denyut seperti meremas-remas penisnya. Crreeeettt…pejunya ngecret di dalam vaginaku, hangat, membuat aku merem melek sejenak. Kami berdua sama-sama orgasme.

“Oh Nes, puas sekali nge ntot denganmu..!” desahnya. “Kamu udah pengalaman ya Nes, ngeladenin lelaki”.
Kami masih berpelukan sebentar dengan penisnya masih terbenam di vaginaku, berciuman.
“Gimana rasanya Nes?.” tanyanya saat berdua di kamar mandi.

“Mmmm..enak banget mas, kontol mas kerasa sekali ngegesek memek Ines, besar soalnya sampe memek Ines sesek jadinya” jawabku sambil tersenyum.

Kami saling membersihkan diri. Dia meremasi payudaraku dan menggosok pelan vaginaku, sedangkan aku mengocoki penisnya yang sudah melemas. Selesai mandi, kami nonton film BF di ranjang. Dia pasang di dvd. Aku mengocok-ngocok penisnya dengan cepat dan keras, sebentar saja sudah ngaceng lagi.

“Mas kuat banget ya, dah ngecret 2 kali, sebentar aja udah ngaceng lagi”, kataku.
“Abis dikocok sama kamu sih, mau lagi ya Nes”.
“Iya mas, Ines kepingin disodok kontol mas lagi”.

Ketika mengocoki penisnya aku terangsang juga, vaginaku sudah basah lagi, apalagi ketika ngocok penisnya, dia ngitik-ngitik putingku. Dia telentang dan aku menaiki tubuhnya. Dengan posisi setengah merayap, aku menjilati mulai dari bawah
enisnya ke atas, berputar sejenak di celah kepala penisnya kemudian mulai dengan mengulum lembut sambil mulutku turun naik mengocok penisnya.

“ohhhh…ooouuuhhh”, gilirannya bergumam tidak jelas.
Puas mengocok penisnya dengan mulutku, aku langsung duduk di atas perutnya dan kuarahkan penisnya ke bibir vaginaku yang sudah basah.
“Aaaahhhh…!” desahku sambil mencengkeram dadanya ketika penisnya amblas ke dalam liang vaginaku dengan mulus

Kocokan demi kocokan dipadu goyangan pantatku membuat kami berdua sama-sama merem melek dengan desahan-desahan panjang berulang-ulang. Dengan penis yang masih menancap ketat pada vaginaku, dia memintaku menurunkan badanku ke belakang sambil kedua tanganku bertopang ke belakang, dia menyodokkan pantatnya ke depan.

Luar biasa…penisnya seolah-olah tertarik kalau pantatnya bergerak ke belakang dan seperti mau patah bila ia menyodok ke depan, terjepit rapat di antara bibir vaginaku. Dengan kepala mendongak ke belakang kadang terangkat, aku makin gila menggoyang pantatku,

“Uuuhhh…ngghhh..!” erangku tidak jelas.

Cairan pelicin vaginaku meleleh hangat sampai ke bawah penisnya. “Hhuuu….huuuu…huuuuuu!” aku kian ganas dan seketika merubah gayaku, duduk di atas pangkal pahanya dengan penis tetap tertancap di vaginaku, hanya pantatku saja yang bergerak maju mundur dengan cepat. Penisnya terasa berdenyut-denyut dicengkeram bibir vaginaku. Bercampur aduk rasa nikmat yang kudapat dari permainan ini.

“Maas….ngghhh..!” aku sudah mendekati puncaknya. “Remes toketku…mas!” pintaku sambil menarik tangannya.
Diremasnya payudaraku, kian kuat remasannya makin kuat sentakan pantatku dibarengi dengusan napasku yang memburu.

“Aaaaaaahhhhhh..!” aku menyentak dengan histeris beberapa saat dan kemudian terdiam, roboh ke atas badannya dengan jari tanganku mencengkeram kuat ke dadanya menimbulkan merah goresan kuku yang panjang.

“Nikmat ya Nes”, katanya tersenyum melihat badanku yang terkulai lemas menindih tubuhnya.
“Aku akan membuatmu lebih puas, sayang!”.
“Ines capek…tapi..mas belum ngecret ya”, kataku seraya beringsut turun dari atas badannya dan telentang pasrah.

Dia mengambil handuk basah dan melap bibir vaginaku dengan lembut. Aku tersenyum sambil mengepitkan pahaku. Gantian aku membersihkan penisnya yang tetap ngacung dengan keras.

Dia memelukku dan mulai menggeluti tubuhku lagi. Bibirku dikulumnya dengan nafsu, turun kebawah dijilatinya klitorisku. Aku menggelinjang pelan, dia meneruskan permainannya meraba bibir vaginaku menyentuh klitorisku dan digesek pelan. Kedua pahaku terbuka lagi dan untuk kedua kalinya vaginaku basah.

Dia tidak bisa menguasai nafsunya lagi, dengan cepat berlutut di antara kedua pahaku dan mengatur posisi penisnya tepat di atas lubang vaginaku, merendahkan badannya dan bleeesssss….penisnya langsung menerobos masuk liang vaginaku.

“Aaauuhhhh..!” aku melenguh panjang ketika dia menekan kuat dan mulai memainkan pantatnya turun naik.

Saat serangan penisnya kian gencar, mataku seakan tinggal putihnya kadang mendelik kadang terpejam dengan desisan panjang pendek. Sepertinya dia pingin benar-benar puas menikmati tubuhku setelah yakin walaupun badanku kecil imut-imut tapi punya kemampuan ngesex sangat tinggi.

Diangkatnya kaki kiriku ke bahunya dan badanku dimiringkan dengan kaki kanan tetap lurus. Liang vaginaku seakan bertambah terbuka dengan posisi demikian. Dengan setengah berlutut, dimasukannya penisnya dalam-dalam ke liang vaginaku dan dikocok keluar masuk dengan cepat.

“Uuhh..uuhh..uuhh..” aku mendesis berulang-ulang menahan serangan penisnya.

Tangan kananku dengan gesit menggosok-gosok putingku sambil penisnya tetap keluar masuk liang vaginaku, membuat aku menjadi liar dan keblingsatan. Kedua bongkahan buah dadaku kuremas-remas sendiri dan kepala sebentar-sebentar kuangkat dengan mulut kadang ternganga lebar kadang mendesis tertahan.

Puas mengocok dengan posisi demikian, dia mengganti lagi posisi kami. Aku disuruhnya menelungkup dengan pantat sedikit nungging ke atas dan paha sedikit mengangkang membuat bibir vaginaku kelihatan merekah dan menantang. Dengan posisi jongkok digosok-gosokkannya kepala penisnya mulai dari pantat sampai ke bibir vaginaku, tanganku bergerak cepat ke belakang memegang penisnya dan menuntun ketengah vaginaku,

“Ayo mas.” sambil memegang pantatku, dia mendorong masuk penisnya masuk ke liang vaginaku.
Dengan pelan kepala k penisnya menerobos masuk. Begitu hampir setengah masuk, disentakkannya agak kuat dan…”blessss’ hampir seluruh penisnya tenggelam.

“Haahh..!” aku menjerit tertahan dengan kepalaku terangkat.
Dia mendiamkan sekian detik untuk merasakan denyutan vaginaku mencengkeram penisnya, baru kemudian dikocoknya maju mundur dengan pelan. Sembari mengocok, tangannya merayap dari belakang menggapai payudaraku dan mulai meremasnya.

“Ooouuuhhh…oouuuhhh” aku mendesah berkali-kali ketika penisnya mulai membabibuta keluar masuk liang vaginaku.

Punggungku kadang melengkung ke bawah kadang ke atas dengan pantat bergoyang kiri kanan membuat dia keblingsatan dan makin kencang menggempur vaginaku. Cairan vaginaku makin banyak mengalir sampai-sampai turun membasahi biji pelernya. Aku merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat seakan menjalar keseluruh syaraf di tubuhku.

“Ssshhh..sssshhhh..!” aku mulai bergumam tak keruan mengiringi genjotannya yang tambah menggila.

Penisnya terasa makin keras dan membesar, pertanda dia sudah mulai mencapai puncak kenikmatan. Aku pun demikian kondisinya, badanku bergetar hebat dan tanganku
menggapai karuan kiri kanan mencengkeram bantal.

“Huuuhhh…hhuuuhhhh..mas..!” aku bagai kesurupan.
Dia mencabut penisnya dengan tiba-tiba, bergerak duduk diatas ranjang sambil bersandar di kepala ranjang dengan kaki menjulur lurus kedepan setengah terbuka.

Aku disuruh duduk diatas pangkuannya dan ..blesss..vaginaku menelan semua penisnya dan tanpa diminta aku langsung menggenjot cepat. Kami berpelukan rapat, mulut saling berpagutan penuh nafsu, saling mengulum sementara pantatku bergerak histeris memburu puncak kenikmatan yang kian dekat.

“Aauuh maas …..aaaahhhhhhh…!” aku sudah hampir di puncak surga dunia dan sesaat kemudian dia mendorong badanku terlentang.

Sekali lagi, dengan sigap dia merubah posisi, tengkurap di atas tubuhku dan menggenjotkan k penisnya sekuat-kuatnya ke n vaginaku. Bibir kami kembali saling mengulum sambil berpelukan. Kaki dan tanganku merangkul ketat badannya menahan hentakan-hentakan pantatnya yang mendorong penisnya keluar masuk vaginaku. Detik demi detik kami rangkuh kenikmatan itu bersama-sama….sampai akhirnya,

“Aaaahhhhhhhh….!” aku mengerang panjang mencapai puncak dengan kuku jari tanganku menancap kuat ke punggungnya.

“Aaauuuhhhh….Nes !” dia mendesah panjang, ditekannya kuat-kuat berulangkali pantatnya dengan cepat dan pada hunjaman terakhir….blesss….pangkal penisnya dan bibir vaginaku seakan jadi satu..dan sesaat kemudian..creetttt..crreeetttt… pejunya berhamburan keras memenuhi liang vaginaku.

“Ooohh..ooohhhh..!” aku menerima terjangannya yang terakhir berbarengan semburan pejunya yang terasa hangat di vaginaku. Sungguh nikmat rasanya.